
oleh Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai
Dengan kecepatan sedang,sebuah
mobil Avanza berwarna hitam menemani kami menyibak jalur yang cukup padat ke
arah kota Surakarta.Sisa-sisa kegembiraan kaum muslimin setelah berbuka puasa
selepas maghrib hari itu masih nampak hangat terasa. Malah,semakin dekat dengan
lokasi rumah saya,seolah jalan semakin menyempit karena kesibukan kaum muslimin
untuk berangkat taraweh. Namun,kecepatan mobil tetap sedang.
Hanya kami berdua
di dalam Avanza hitam itu. Saya dan seorang sopir yang “bertugas” antar
jemput.Sopir mobil ternyata bukan sembarang sopir. Sopir itu,dalam
kesehariannya,adalah kepala bidang ekonomi di BAPEDA sebuah kabupaten yang
cukup luas wilayahnya. Saya juga sempat terkejut dan berpikir,”Luar biasa bapak
ini! Mau-maunya melakukan tugas antar jemput”.
Nah,di celah-celah sempit dari
ruang waktu yang ada antara Polokarto-Sukoharjo,ada selembar diskusi menarik
antara saya dan bapak itu. Kata-kata dari bapak itu,sangat tersusun rapi dengan
nada dan intonasi yang memancarkan ketulusan. Sampai-sampai,kata-kata tersebut
mampu memecahkan kebekuan hati.Sungguh!
“Ustadz,saya senang sekali
mendengarkan bacaan Al Qur’an. Saya dapat merasakan keteduhan.Kadang-kadang
saya menangis sendiri jika menikmati bacaan tartil Al Qur’an.Sungguh-sungguh
memberikan keteduhan!”
Kata-kata di atas kemudian terngiang terus di telinga.
Memang benar,Al Qur’an bisa memberikan keteduhan dan ketenangan.Saya
pikir,tidak semua orang telah mencapai tingkatan seperti sang “sopir” dalam
penggalan kisah di atas. Saya yakin,belum tentu setiap orang berhasil
merasakan keteduhan dengan sebab bacaan Al Qur’an.Bagaimana dengan Anda?
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits di dalam shahihnya dari sahabat
Al Bara’ bin ‘Azib;
“Malam itu ada seorang sahabat membaca surat Al Kahfi.Di dekatnya ada seekor
kuda miliknya yang diikat dengan dua utas tali cencang.Kemudian,ada segumpal
awan tipis turun menaungi.Awan tipis itu terus berputar bergerak
turun,sementara kuda miliknya melompat-lompat seolah ingin lari.Keesokan hari,sahabat tersebut datang menemui nabi Muhammad dan menceritakan
peristiwa semalam.Setelah itu Rasulullah bersabda,
تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ لِلْقُرْآنِ
“Itu adalah keteduhan yang
turun karena Al Qur’an”[1]
Kejadian
nyata yang dialami sahabat nabi di atas sejatinya menjadi sebuah jawaban
penting untuk kita yang selalu bertanya dan mencari-cari jawaban,”Di manakah
aku bisa hidup tenang? Ke manakah aku akan mencari sebuah keteduhan?”.
Apalagi saat kejenuhan telah menjajah hati dan pikiran. Urusan dunia
yang menumpuk laksana sebuah menara memang tiada pernah ada akhirnya.Berkutat
dan terus berkutat dengan masalah.Walau hidup tak mungkin bebas dari masalah
namun kita pasti memiliki titik nadir dari semangat.Di situlah letak penting
sebuah keteduhan. Lalu,di manakah kita akan mendapat keteduhan?
Sabda nabi
Muhammad di atas semestinya menyadarkan kita,jika Dzat yang telah menciptakan
manusia tentu Maha Mengetahui kelemahan dan kebutuhan hamba Nya.Allah
mengetahui,dengan ilmu Nya yang sangat luas,bahwa kita pasti sering mengalami
kejenuhan dan kebosanan hidup.Kita membutuhkan ketenangan dan keteduhan. Dan
Allah telah memberikan jalan.
Membaca Al Qur’an pasti menghadirkan
ketenangan.Mendengarkan bacaan Al Qur’an tentu menaungkan keteduhan.Percaya
ataukah tidak,seperti itulah faktanya! Cobalah,tentu Anda akan merasakannya!
Usaid
bin Khudair,seorang sahabat,pagi-pagi benar telah menemui Rasulullah.Ia
menceritakan kepada Nabi jika semalam telah melihat semacam bayangan,di
dalamnya seperti pelita-pelita bercahaya.Lalu bayangan tersebut naik membumbung
tinggi ke angkasa hingga tidak terlihat lagi.Peristiwa itu terjadi saat Usaid
bin Khudair sedang membaca Al Qur’an.
Lihatlah jawaban dan keterangan nabi
Muhammad! Beliau yang berbicara atas nama wahyu langit.
تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ وَلَوْ قَرَأْتَ
لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ
“Itu adalah para malaikat yang turut mendengar engkau membaca Al
Qur’an.Seandainya engkau terus membaca sampai pagi,pasti orang-orang akan mampu
menyaksikan malaikat-malaikat itu..Mereka tidak akan bersembunyi dari manusia”[2]
Subhanallah!
Malaikat pun
turut hadir untuk mendengarkan Al Qur’an.
Boleh-boleh saja kita bertanya,”Tidakkah
hal ini khusus untuk sahabat? Bukankah yang semacam ini hanya ada di zaman
nabi? Apa mungkin terjadi pada kita yang hidup di akhir zaman?”.Ya,pertanyaan
semacam ini wajar sekali.
Imam An Nawawi menerangkan bahwa hadits di atas adalah
dalil tentang keutamaan membaca Al Qur’an.Qira’atul qur’an juga menjadi sebab
turunnya rahmat dan hadirnya para malaikat.
Hanya saja,apakah bacaan kita
seperti bacaan Usaid bin Khudair? Baik keindahan maupun benar tidaknya kita
mengucapkan huruf dan ayat-ayat Al Qur’an? Seandainya di dalam membaca Al
Qur’an,sudah benar dan indah bacaan kita bahkan mampu menghayati dan meresapi
setiap maknanya,barangkali kita bisa berharap.
Namun,sudah benarkah Anda dalam
membaca Al Qur’an? Benar-benar indahkah bacaan Anda? Silahkan menjawab sendiri.
Bisa
juga kita mengukur kebenaran iman dari bacaan Al Qur’an.Caranya? Sangat
mudah.Mampukah kita merasakan ketenangan dan keteduhan di hati dengan membaca
Al Qur’an? Itu saja.
Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu)
orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. 13:28)
Maha benar firman Allah!
Tidak setitik pun ada ragu di dalam hati.Dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram. Dzikrullah banyak macam dan bentuknya,salah satunya adalah
dengan membaca Al Qur’an. Bahkan,membaca Al Qur’an menjadi pilihan terbaik hamba
untuk mengingat rabbnya.
Sedih. Di satu sisi berbahagia.
Sedih? Melihat
kenyataan saudara-saudara kita yang “salah” jalan untuk mencari ketenangan
hati.Banyak pilihan memang tapi hanya ketenangan semu. Sementara waktu saja
sifatnya.Bukannya memberi ketenangan malah justru menambah kegelisahan.
Masih
ingat dengan cerita seorang pilot yang memakai shabu-shabu? Ternyata itu bukan
cerita baru. Para pelatih dan pendidik siswa penerbangan turut mengamini tentang
adanya kemungkinan itu terjadi. Sebab,di udara,seorang pilot pesawat memiliki
beban dan tekanan tanggung jawab yang berat.Apalagi saat menghadapi cuaca
ekstrem. Belum lagi jika memiliki masalah pribadi atau terkait keluarga. Oleh
karena itu,secara berkala selalu dilakukan tes urine untuk para pilot pesawat.
Apa
pengakuan dari pilot yang menggunakan shabu-shabu itu? Ingin mencari ketenangan,biar teduh hatinya. Sayang,salah jalan.
Bukan hanya pilot! Anak-anak
muda sampai para pejabat,ada bahkan banyak di antara mereka yang memilih
obat-obatan penenang untuk sekadar “terbang”,melupakan masalah. Namun,itukah
jalan keluarnya? Tidak! Sekali lagi,mereka salah jalan. Astaghfirullah
Pernah
mendengar aksi bunuh diri? Sering. Ada yang akhirnya “berhasil” melakukan bunuh
diri,ada juga yang gagal. Ada yang mengaku sendiri,entah melalui surat yang
ditinggalkan atau melalui sms,juga ada yang berdasarkan penuturan teman dan
kerabat. Kira-kira hampir semua beralasan ingin mengusir kegalauan,ingin
mengakhiri penderitaan. Agar lebih tenang.
Dusta! Itu bohong belaka. Agama tidak
mengajarkan demikian. Agama membimbing dan mengarahkan kita untuk tegar dan
tabah di dalam menjalani semua masalah dan problem.Bukan dengan jalan “pintas”
menyesatkan ; bunuh diri.
Untuk mencari ketenangan hati dan keteduhan jiwa
serta pikiran,ada jalannya.Ingat-ingatlah Allah! Dekatkan diri kepada Nya!
Bacalah firman-firman Nya! Anda pasti akan tenang.
Di sisi yang lain,ada rasa bahagia.
Sebab,kini
kita sama-sama tahu jika dengan membaca atau mendengarkan
bacaan Al Qur’an,hati
pasti akan tenang dan jiwa pun tenteram.
Sekarang, bersiap-siaplah untuk memasuki dan menikmati sebuah ruang yang beralaskan dan berdindingkan ketenanga! Baca dan dengarkanlah Al Qur'an!
[1] Muslim (795)
[2] Hadits Abu Said,Bukhari
(5081) Muslim (796)
Source :http://salafy.or.id/blog/2012/11/11/sebuah-ruang-berdindingkan-ketenangan/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Untaian Nasehat Untukmu. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar