
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Oleh Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa’i
Hari Arafah adalah hari
istimewa. Pada hari itu Allah subhanahu wata’ala melimpahkan ampunan dan
maghfirah untuk sekian banyak hamba. Allah subhanahu wata’ala membanggakan
semua hamba yang Wukuf di Arafah dihadapan para Malaikat. Allah subhanahu
wata’ala berfirman kepada para Malaikat: “Lihatlah kepada hamba-hamba -KU itu!
Mereka datang kepada-KU dalam keadaan rambut acak-acakan dan penuh debu.”
Al
Fudhail bin Iyadh rahimahullah memerhatikan orang-orang yang bertasbih dan
menangis petang hari Arafah lalu bertanya, “Apa pendapat kalian? Seandainya
semua orang itu menemui seseorang untuk meminta seperenam dirham, apakah
mungkin orang itu menolak permintaan mereka?’
Mereka menjawab, “Tentu tidak.”
Al
Fudhail mengatakan , “Demi Allah subhanahu wata’ala, ampunan dari Allah
subhanahu wata’ala lebih mudah dibandingkan orang itu memenuhi permintaan
seperenam dirham itu.”
Hari Arafah adalah hari yang paling dinanti oleh
setiap jama’ah haji. Hari Arafah juga menjadi hari yang paling diharapkan oleh
setiap insan di seluruh penjuru bumi. Hari itu adalah hari pengampunan dari
Dzat Yang Maha Tinggi.
Namun, ternyata ada sisi lain yang perlu kita
ketahui.
Masih ada hamba yang takut bila dosa-dosanya tidak terampuni. Bagi
mereka sekeping dosa adalah sumber kehancuran dan kebinasaan. bagi mereka, secuil kesalahan dapat
menjerumuskan kedalam jurang-jurang neraka. Beban rasa bersalah akibat satu bentuk
kemaksiatan, ibarat gunung berat ditimpakam diatas pundaknya.
Hari Arafah
adalah hari istimewa. Hari Arafah adalah hari pengampunan.
Namun, lihatlah
diujung sana. Diatas sepetak tanah tempat kaki berpijak. Ada beberapa hamba
yang menangisi kesalahan dan dosa.
Pada hari Arafah, Mutharrif bin Abdullah
rahimahullah bertutur dalam kekhusyuan doa: “Ya Allah, janganlah Engkau menolak
untuk mengabulkan doa-doa seluruh hamba-MU disini, hanya karena diriku yang
penuh dosa.”
Bakr bin Abdullah Al-Muzani rahimahullah bercerita, “Tatkala
aku memerhatikan seluruh jama’ah di padang Arafah, aku yakin Allah pasti
mencurahkan ampunan untuk mereka semua, kalau saja aku tidak berada
ditengah-tengah mereka.”
Masya Allah! Benar-benar rasa bersalah akibat dosa
telah membawa seorang hamba kedalam lautan penyesalan. Ia khawatir, jika dosa
yang dilakukannya, bukan hanya ia yang menanggung akibatnya. Bisa jadi orang
lainpun merasakan pahitnya akibat dosanya.
Allah subhanahu wata’ala
berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ
خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari
pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara
kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”
(QS. Al-Anfal:25)
Ibnu
Katsir menjelaskan (700-774H), “Melalui ayat ini Allah subhanahu wata’ala
memberikan peringatan keras kepada hamba-Nya kaum mukminin tentang cobaan dan
hukuman yang sifatnya merata, menimpa hamba-Nya yang jahat maupun yang tidak.
Cobaan dan hukuman tidaklah hanya menimpa para pelaku maksiat, juga tidak hanya
menimpa pelaku dosa secara langsung. Namun sifatnya secara merata.”
Bisa jadi
karena amar ma’ruf nahi munkar yang ditinggalkan. Bisa jadi cobaan itu menimpa
hamba mukmin agar derajatnya semakin tinggi atau sebagai penghapus dosanya.
Mungkin, untuk sebuah hikmah yang kita tidak ketahui.
Jagalah diri dari
dosa! Sebab akibatnya sangat terasa.
Seorang Ulama Salaf berujar, “Sungguh,
setiap kali aku berbuat maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, pengaruh
buruknya dapat aku rasakan pada perangai hewan tungangan dan istriku.”
Barangkali,
kesulitan yang kita hadapi atau problema masalah yang tak kunjung berakhir
merupakan akibat dari dosa kita sendiri.
Bertaubatlah!
Selagi kesempatan
masih ada.
Source : http://catatanmms.wordpress.com kutip dari Majalah QUDWAH//edisi 3 Vol 01
2012// hal 84-85
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Untaian Nasehat Untukmu. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar