
Oleh : Abu Ibrahim Abdullah
Diantara
realita yang dijumpai pada sebagian wanita yang terlambat menikah terutama
dikota metropolitan, dikarenakan sebagian mereka terbuai oleh idealisme mimpi, padahal
tidak sedikit dari mereka yang umurnya mendekati atau mencapai kepala tiga.
Sebagian mereka ada yang berkata, mengomentari temannya yang jauh umurnya
dibawahnya ketika ia hendak menikah dengan berkata : “ apa tidak ada pilihan
yang lain?” mengometari pilihan calon suami temannya. Padahal calonnya secara
pisik termasuk orang yang Allah karuniakan fisik yang baik dan tidak sedikit
yang bilang ganteng. Kalau dari sisi tanggung jawab, maka dia orang yang
berusaha berpegang teguh pada agamanya dan orang yang bertanggung jawab. Adapun
wanita tersebut tetap dalam mimpinya menanti pangeran dengan segala kreteria
kesempuranaan daripada mempunyai suami dalam kenyataan walaupun umurnya telah
mencapai 32 tahun.
Dan ada diantara mereka yang tidak menerima tawaran untuk
proses sama seorang ikhwan sambil berkata : “ kreteria suamiku nanti yang
tingginya diatas 170 cm” padahal dia sendiri tingginya jauh
dibawah kriterianya disamping umurnya telah mencapai kepala tiga.
atau
sebuah kisah yang diceritakan oleh orangnya sendiri. “ Walaupun
usiaku mendekati 40 tahun tetapi saya tetap menginginkan agar suami
kelak adalah seorang yang memilki kemuliaan, kemampuan materinya diatas
pertengahan dan dia memiliki gelar yang tinggi. Tetapi sebenarnya saya setelah
umur ini ketika saudara-saudara perempuanku mengunjungiku bersama para suami
dan anak-anak mereka, saya merasakan kesedihan yang sangat dahsyat dan saya
ingin seperti mereka, saya bisa mengunjungi kelurgaku dan bisa berpergian
bersama suami dan anak-anakku.”
Atau kisah seorang wanita yang tetap
memimpikan seorang pangeran daripada mempunyai seorang suami dalam
kenyataan.
“ Karena saya adalah wanita yang beruntung maka pemberian Allah
kepadaku tidaklah berhenti sebatas ini, tetapi Dia (Allah) menumbuhkan saya
ditengah-tengah keluarga kaya dan bangsawan, dan Dia menambahiku dengan akal
yang cerdas, akal yang menjadikanku mampu menyelesaikan studiku dikuliah
kedokteran dengan cepat. Dan selama seperti ini keadaanku maka saya
berhak untuk memilih suami yang pantas, orang yang memiliki keutamaan yang dia
sukses dengan semua ini, kesatria, tinggi dibandingkan orang-orang lain yang
ingin menikah, semakin hari semakin tinggi yang akan memuaskan duniaku. Dan
telah membuatku takut ketika ibuku sering mengulang perkataannya yang merupakan
pribahasa : “ Barangsiapa yang banyak pelamarnya maka dia akan gagal.” Tetapi
saya tidak mau mengalah dan saya tidak perduli dengan bergugurannya
hari-hari disekitarku, serta usiaku yang telah melewati batas yang
diperbolehkan. Maka mudah-mudahan saya akan mendapatkan kesatria yang lain
yaitu pangeran impianku yang wajahnya bermain-main didalam angan-anganku dan
yang dia berhak mendaptakan diriku.”
Inilah diantara wanita-wanita yang
tertipu dengan idealisme mimpi. Bukan berarti seseorang tidak boleh memilih
atau mempunyai kriteria tertentu untuk pendamping hidupnya, selama tidak
menyelisihi syar’i dan tidak berlebihan dan dengan melihat realita. Misalnya
seseorang yang hidupnya sederhana, fisiknya dan tingginya pas-pasan ingin
mendapatkan seorang jutawan yang ganteng bertubuh tinggi, walaupun banyak orang
yang shaleh datang meminangnya lalu dia menolaknya…??. Mungkin ada pertanyaan
yang menggelitik hati kita, sendainya dia menemukan pria impiannya apakah pria
itu mau dengannya??. Bagaimana ketika seandainya ia menemukan pangeran
impiannya sedangkan umurnya telah menacapai kepala tiga, sedangkan pangeran
yang bertubuh tinggi, kaya dan genteng itu mencari seorang pendamping yang
berumur 20 tahun ???. Disamping seharusnya yang menjadi patokan seseorang
memilih pendamping hidupnya adalah seorang yang shaleh setelah itu boleh bagi
dia memiliki kriteria tertentu asal tidak berlebihan dan melihat reliata.
Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda : “
Jika datang kepada kalian seorang yang kalian ridhaiagama dan akhlaknya,
maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian). Jika tidak, maka akan terjadi fitnah
dibumi dan kerusakkan yang besar “ (HR. At Tirmidzi, Al Baihaqi dan
ini lafadznya, dihasankan oleh syaikh Al Al Bani)
Hasan Al Basri pernah
ditanya “ Pria manakah yang engkau suruh untuk aku menikahkannya dengan putriku
? ” Hasan Al Basri Rahimahullah menjawab : “
Nikahkanlah ia dengan pria yang beriman karena bila ia mencintainya maka ia
akan memuliakannya. Dan bila ia tidak mencintainnya maka dia tidak akan
mendzaliminya “.
Tidak mengapa seorang mempunyai kreteria tertentu selama
tidak menyelisihi syar’i, akan tetapi ingat patokannya adalah agamanya. Jika
baik agamanya lalu ia mempunyai kriteri ingin mencari suami yang ganteng
atau pondokkan tidak mengapa. Kalau seandainya sebagian
kriterianya yang sangat penting telah terpenuhi, setelah istiqarah dia
merasa cenderung dengannya, lalu ada kriteria lain yang tidak
terpenuhi pada diri seseorang yang datang mengkhitbahnya kenapa dia harus
menolaknya?. Misalnya seorang akhwat mencari ikhwan yang shaleh, ganteng
dan pondokkan dan kalau bisa sudah mapan. Lalu ada seorang ikhwan yang mau
mengkhitbahnya, seorang yang shaleh, pondokkan akan tetapi wajahnya biasa saja,
tidak ganteng dan tidak juga jelek dan ia cenderung kepadanya setelah istiqarah
walaupun juga belum mapan, lalu kenapa dia tidak menerimanya dan mengalah
dengan sebagian dari syarat-syaratnya atau kriterianya…!!! Kalau dia
menginginkan seluruh kriteria kesempurnaan dia ada pada calonnya, hal ini
sangatlah sulit dan jika seandainya ada, mungkin diapun mencari orang yang
sepertinya, apakah saudari termasuk kriterianya, seorang yang sholehah, cantik,
hapalan minimal 5 juz, cerdas, dari keturunan yang baik, kaya, minimal tinggi
160 cm dan kriteria kesempurnaan lainnya…??
Lalu kenapa harus tetap
menanti pangeran dalam impian daripada suami dalam kenyataan.
Wahai
saudariku…, tidak inginkah kalian segera menikah dengan laki-laki shaleh
pilihan kalian, hidup menjadi tenang yang dengan itu kalian menyalurkan
kebutuhan biologis dengan cara yang halal dan aman sehingga terhindar dari
maksiat dan mempunyai keturunan yang shaleh, buah hati kalian sebagaimana
saudari-saudari kalian yang telah menikah.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ
لَكُمْ مِنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ
مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.(Qs.
Ar-Ruum : 21).
Rasullullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda
: ” Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian yang mampu
menikah maka menikahlah dikarenakan dengan menikah dapat lebih
menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan dan barangsiapa tidak
mampu menikah maka baginya untuk berpuasa hal itu sebagai tameng baginya “ (
HR. Bukhari dari Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘Anhu )
Tentu beda antara mempunyai
seorang suami dalam kenyataan dari mempunyai pangeran dalam impian. Yang satu
keberuntungan dan kebahagian dan yang satu ketertipuan dan kesengsaraan.
Wallaahu
A’lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Untaian Nasehat Untukmu. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar