
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Oleh Ustadz Abu Nasim mukhtar bin Rifai
Saudaraku…
Membaca kembali
lembaran-lembaran hidup dihari-hari yang telah berlalu, tentu akan mengundang
tangis. Seolah tiap langkah tiada selamat dari perbuatan salah. Seakan tiap
saat dikotori oleh maksiat. Waktu terbuang sia-sia dan kesempatan pun hilang.
Namun,
tiada tangis seindah tangis tanda pertaubatan.
Tiap orang mampu menakar dan
menghitung diri sendiri, jika ia mau. Ada Qalbu dan pikiran yang dipunyai. Mata
untuk melihat, telinga demi mendengar, juga jiwa guna merasa. tiap-tiap hamba
tentu bisa menimbang-nimbang,
“Manakah yang lebih sering aku perbuat, dosa
ataukah ibadah?”
Lain hal jika Qalbu telah mati. Tiada ruh didalam jasadnya
yang kasar. Ia tak lagi dapat membedakan abtara kebaikan dan keburukan. Bagai
gelas yang terbalik, semua nasihat dan peringatan sudah tiada lagi berarti.
Semua tertolak tiada yang membekas.
Shahabat yang mulia, Umar bin Al
Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengingatkan kita dengan penuh kasih dan cinta,
“Hisablah(1)
diri kalian sendiri! Sebelum kalian akan dihisab nantinya. Timbanglah diri
kalian sendiri! Sebelum kalian akan ditimbang kelak. Sungguh, melakukan hisab
saat didunia terhadap diri sendiri lebih ringan dibandingkan hisab pada hari
kiamat nanti. Hias-hiasilah diri kalian untuk menyambut hari pertunjukkan
akbar. Hari itu kalian akan dihadapkan kepada Allah, tiada sesuatupun dari
keadaan kalian yang tersembunyi bagi Allah.” (2)
Benar, saudaraku…
Sungguh
benar nasihat Al Faruq diatas! Lakukanlah hisab dan pertimbangkan amalmu
sendiri selagi masih hidup didunia.
Muhasabah akan menolong seorang hamba
dari jurang kehancuran. Menangislah dan berusahalah untuk menangis. Umar bin Al
Khaththab radhiyallahu ‘anhu di kedua pipi beliau ada 2 garis menghitam yang
membujur sebagai tanda tangisan.
Muhasabah akan membantu seorang hamba dalam
menemukan dosa dan kesalahan yang ada pada dirinya. Sehingga ia akan mengambil
langkah nyata untuk menghapus dan memperbaiki kesalahan tersebut.
Muhasabah
akan menggiring seorang hamba untuk mencari kekurangan dan cela yang ada pada
dirinya sendiri. Agar ia bisa menutup dan menggantinya dengan amalan kebaikan.
Hias-hiasilah
diri!
Dengan ibadah dan ketaatan. Jangan kotori dengan dosa dan kesalahan.
Sebab, kita akan menghadap Allah rabb sekalian alam. Kita akan berdiri
bersama-sama, bersama seluruh makhluk sejak Adam diciptakan, hingga makhluk
yang terakhir yang diciptakan-Nya.
Pada hari itu tiada sesuatu yang
tersembunyi. Pengadilan dan keadilan Allah benar-benar Maha Sempurna.
یَوْمَئِذٍ یَصْدُرُ النَّاسُ
أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُم فَمَنْ یَعْمَلْ مِثْقَا لَ
ذَرَّةٍ خَيْرًا یَرَهُ
وَمَنْ یَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا یَرَهُ
Artinya: “Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya
dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan)
pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”=
(QS:
Al-Zalzalah: 6-8)”.
1. Hisab adalah perhitungan amal, antara kebaikan dan
keburukan.
2. Al Muhasabah, Ibnu Abi Dunya hal 3
Source : http://catatanmms.wordpress.com sadur dari
Majalah QUDWAH Edisi 02/2012/ hal 88-89
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Untaian Nasehat Untukmu. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar