
بسم الله لرّحمن الرّحيم
Seorang penyair berkata:
تَعْصِيْ الِإلَهَ وَأَنْتَ تَزْعُمُ حُبَّهُ
هَذَا مُحَالٌ فِيْ الِقِيَاسِ شَنِيْعُ
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُ
إِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعُ
“Engkau
bermaksiat kepada al-Ilah (Allah) sementara engkau mengaku mencintai-Nya
Ini
adalah mustahil dan dalam kias tercela (buruk)
Jika memang cintamu jujur dan
setia tentu engkau akan menaati-Nya
Karena sesungguhnya sang pencinta akan
selalu patuh kepada yang dicinta.”
Para pembaca rahimakumullah, itulah gambaran
kejujuran cinta seorang muslim kepada Allah subhanahu wa ta’ala, hendaknya dia
menaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Maka suatu
bentuk ketidakjujuran cinta dia kepada Allah subhanahu wa ta’ala jika dia masih
banyak bermaksiat kepada-Nya.
Demikianlah semestinya sikap seorang muslim
terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. Penuh ketundukan dan ketaatan yang disertai
dengan keikhlasan dan berusaha semaksimal mungkin untuk meninggalkan hal-hal
yang tidak disukai dan dibenci Sang Pencipta, Rabbul ‘alamin.
✿ Allah
subhanahu wa ta’ala Membenci Kuap (Jw. Angop)
Para pembaca rahimakumullah,
sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dalam kehidupan ini ada keadaan-keadaan
yang disukai oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan ada pula keadaan-keadaan yang
tidak disenangi oleh-Nya. Salah satu keadaan yang dibenci oleh Allah subhanahu
wa ta’ala adalah menguap. Dalam sebuah hadits dari sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu bahwa baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ العِطَاسَ
وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ…
“Sesungguhnya
Allah menyukai bersin dan membenci kuap…” (HR. al-Bukhari no. 6223)
Maka
sebagai seorang muslim hendaknya dia membenci kuap sebagaimana Allah subhanahu
wa ta’ala membencinya. Yang demikian ini sebagai bentuk kejujuran dan kesetiaan
cintanya kepada-Nya subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
(yang artinya), “Adapun orang-orang yang beriman maka amat sangat cinta kepada
Allah.” (al-Baqarah: 165)
Lalu mungkin timbul pertanyaan mengapa Allah
subhanahu wa ta’ala tidak menyukai kuap. Dijelaskan oleh para ulama bahwa di
sana ada beberapa sebab yang menjadikan kuap tidak disukai:
1. Kuap itu
berasal dari syaithan, dan syaithan tidaklah mendatangkan sesuatu kecuali
berupa hal-hal yang jelek. Hal ini sebagaimana baginda Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam terangkan pada lanjutan hadits di atas:
“Adapun kuap maka
sesungguhnya ia dari syaithan.” (HR. al-Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)
Makna
hadits ini bahwa syaithan sangat menginginkan dan senang melihat seseorang
menguap karena yang demikian itu menunjukkan perubahan keadaan orang tersebut
kemudian syaithan tertawa. Jadi, perantara terjadinya kuap itu adalah syaithan.
(Lihat Fathul Bari)
2. Kuap muncul disebabkan memperturutkan hawa nafsu
terutama makan sehingga menimbulkan rasa malas dan hilang semangat. Maka dari
sini, ada peringatan bagi kita untuk menjauhi sikap berlebihan ketika makan
karena merupakan pemicu munculnya kuap, sebagai tanda diri sedang dalam keadaan
malas dan tidak bersemangat. (Lihat Syarah Shahih Muslim)
Kuap termasuk
sesuatu yang sangat tidak disukai, terlebih jika terjadi ketika sedang shalat
karena syaithan senantiasa berupaya semaksimal mungkin untuk mengganggu
seseorang yang sedang shalat. Seseorang yang menguap ketika sedang shalat
menjadikan keadaan dirinya tidak tenang .
Oleh karena itu dalam sebuah
hadits yang berkaitan dengan kuap disebutkan padanya tambahan lafadz ‘ketika
shalat’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Menguap ketika
shalat adalah dari syaithan, maka jika salah seorang dari kalian menguap
tahanlah semaksimal mungkin.” (HR. at-Tirmidzi no. 370) dari sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Hal ini menunjukkan bahwa menguap ketika sedang
shalat lebih tidak disukai. Demikian pula jika sedang membaca al Quran di dalam
shalatnya tersebut lalu datang keinginan untuk menguap maka hendaknya dia
hentikan terlebih dahulu bacaannya. Sehingga merupakan suatu keharusan bagi
seseorang yang sedang shalat untuk benar-benar khusyuk dan konsentrasi agar
syaithan tidak mengganggu dirinya dengan berbagai macam gangguan, salah satunya
dengan menguap. (Lihat Fathul Bari dan Fatawa Ibn Utsaimin)
✿ Etika Ketika
Menguap
Para pembaca rahimakumullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam beberapa hadits menerangkan kepada kita beberapa etika dan adab
ketika menguap. Di antaranya adalah:
1. Menjaga dan menahan mulut semaksimal
mungkin untuk tidak terbuka. Hal ini sebagaimana tersebutkan dalam sebuah
hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian
menguap maka tahanlah semaksimal mungkin (agar mulutnya tidak terbuka).” (HR.
al-Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994).
2. Jika tidak mampu untuk menahan
mulut agar tidak terbuka, maka tutuplah dengan tangan. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian menguap maka tahanlah
dengan meletakkan (menutupkan) tangannya ke mulutnya karena sesungguhnya
syaithan bisa masuk (bila tidak ditutup).” (HR. Muslim no. 2995) dari sahabat
Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.
Cara yang kedua ini tidak harus
menutup dengan tangan secara langsung, namun bisa juga dengan menggunakan kain
atau sapu tangan atau yang semisalnya. Demikian pula tidak harus dengan tangan
kanan atau tangan kiri atau dengan keduanya, boleh yang mana saja asalkan mulut
bisa tertutup dan tertahan. (Lihat Fathul Bari dan Fatawa ibn Utsaimin)
3.
Janganlah sampai bersuara aah.. aah.. atau haah.. haah.. atau yang semisalnya.
Mengenai hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika
salah seorang di antara kalian menguap maka tahanlah semaksimal mungkin dan
janganlah bersuara haah haah.” (HR. Abu Dawud no. 5028 dan at-Tirmidzi no.2747)
dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Adab-adab ini dilakukan baik
di dalam shalat ataupun di luar shalat. (Lihat Syarah Shahih Muslim dan Fatawa
ibn Utsaimin)
✿ Apakah Perlu Mengucapkan Ta’awwudz?
Para pembaca
rahimakumullah, pada hadits-hadits di atas disebutkan bahwa kuap dari syaithan.
Allah subhanahu wa ta’ala juga dalam Al-Qur`an telah menjelaskan tentang cara
menghilangkan gangguan yang datang dari syaithan, yaitu dengan ber-ta’awudz
(mengucapkan A’udzu billahi minasy syaithanir rajim). Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:
“Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka
mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat: 36)
Yang jadi pertanyaan sekarang, apakah
ketika seseorang menguap disyariatkan pula baginya untuk ber-ta’awudz? Maka
jawabannya adalah tidak, karena yang dimaukan dari ayat di atas adalah perintah
dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang-orang yang terbetik untuk
bermaksiat atau meninggalkan kewajiban ibadah agar ber-ta’awudz, karena semua
itu merupakan bisikan dan gangguan dari syaithan. Adapun dalam permasalahan
kuap, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memerintahkan dan
mengajarkan kepada para sahabat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali
hanya sebatas menahan dan menutup mulut agar tidak terbuka. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan untuk mengucapkan ta’awudz pada waktu
itu. Sehingga dari sini kita bisa mengetahui bahwa apa yang dilakukan sebagian
manusia ber-ta’awudz atau mengucapkan ucapan yang lain ketika menguap merupakan
suatu amalan yang tidak dibimbingkan oleh Rasulullah n, sehingga amalan
tersebut menjadi amalan yang sia-sia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada
bimbingannya dari kami maka amalan tersebut tertolak (tidak diterima).” HR.
Muslim no. 1718 dari sahabat ‘Aisyah x.
✿ Nasehat
Para pembaca
rahimakumullah, setelah kita mengetahui beberapa hal mengenai kuap maka
hendaknya kita berusaha untuk menerapkan bimbingan baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang
yang menguap namun tidak menjalankan bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tersebut maka sungguh ia telah terjatuh ke dalam keadaan yang
membahayakan dirinya karena:
1. Syaithan akan menjadi senang dan tertawa
melihat dirinya menguap sambil bersuara ‘haah’. Yang demikian ini disebabkan
syaithan mengetahui bahwa orang tersebut sedang dalam keadaan malas dan tidak
bersemangat, syaithan senang dengan keadaan seorang insan yang seperti ini.
(Lihat Syarah Riyadhus Shalihin)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian menguap maka tahanlah
semaksimal mungkin karena sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian
bersuara haah (ketika menguap) maka syaithan akan tertawa.” (HR. al-Bukhari no.
3289 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
2. Syaithan akan masuk ke
dalam dirinya. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika
salah seorang dari kalian menguap maka tahanlah dengan meletakkan (menutupkan)
tangannya ke mulutnya karena sesungguhnya syaithan bisa masuk (bila tidak
ditutup).” (HR. Muslim no. 299 dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu
‘anhu)
Ketika syaithan telah
berhasil masuk maka dia pun akan ikut mengalir bersama aliran darah manusia
serta mempengaruhi orang tersebut untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wa
ta’ala. (Lihat Fathul Bari, Syarah Shahih Muslim, dan Syarah Sunan at-Tirmidzi)
3.
Merupakan suatu pemandangan yang kurang baik dan tidak menyenangkan ketika
menguap dengan keadaan mulut terbuka lebar dan bersuara. Bahkan terkadang
keadaan seperti ini juga dinilai sebagai keadaan yang kurang beradab dan kurang
sopan bagi sebagian orang.
Dari pembahasan ini kita pun bisa mengetahui bahwa
agama islam adalah agama yang sempurna dan sangat memperhatikan keadaan
pemeluknya serta mengajak agar senantiasa bisa berbuat kebajikan di setiap
langkah mereka, subhanallah. Maka hendaknya bagi kita semua untuk menyadari hal
ini dan mengamalkan bimbingan tersebut sebagai salah satu bentuk kejujuran
cinta kita kepada Allah tabaraka wa ta’ala. Wallahu a’lam bish shawab. Semoga
bermanfaat.
Penulis: Ustadz Abdullah Imam hafizhahullaahu ta’ala
Sumber :
http://www.buletin-alilmu.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Untaian Nasehat Untukmu. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar