
Tidurku sebelum Dzuhur hari
ini harus diakhiri dengan nyaringnya ucapan salam dari seorang kawan yang
datang. Walau kacamata minus 5 belum sempat aku pasang di sepanjang kedua mata,
dari intonasi gelak tawanya, aku tahu kawan yang datang adalah…" Fadli
Ambon…!!!". Gaya tertawanya memang khas. Tidak ada seorang pun yang bisa
sama dengannya.
"Afwan Ustadz…he..hee…Ana nganterin titipan buat Antum
dari rombongan yang datang kemaren", katanya sambil duduk membuka
tasnya di hadapanku. Oh iya…dengan posisi duduk selepas berbaring, bayanganku
segera melambung jauh, menjumpai seraut wajah mungil di seberang sana.
Izzah
Zainatus Shofaa…Nama untuk putriku ini memang tampil beda. Sepertinya, tidak
ada nama yang sama dengan nama putriku sebelum ini. Neneknya dari Sulawesi
sudah wanti-wanti," Namanya…Pokoknya harus ada huruf Z nya".Begitulah
pesan Neneknya sehari setelah putriku lahir. Kedua kakak perempuannya punya
pesan berbeda," Yang masih jarang dipakai aja…".
Setelah merenung dan
merenung…berfikir lalu terus berfikir…lahirlah nama Izzah Zainatus Shofaa.
"He…heee…langsung
disantap saja nih,Ustadz", suara Fadli Ambon menyadarkan diriku dari
lamunan sesaat.Titipan paket dari rumah di Solo terbungkus plastik hijau.Di
dalamnya ada dua buah sikat gigi,dua buah pasta gigi dan lima buah Mini Jelly.
Lima
buah Mini Jelly itu adalah kiriman dari putriku,Izzah Zainatus Shofa yang kini
berusia empat tahun lebih.Tidak semua orang dapat menentukan berapakah
sebenarnya nilai dari lima buah Mini Jelly.Namun,bagiku,lima buah Mini Jelly
itu sangat berarti. Mini Jelly itu adalah lambang kerinduan seorang putri kepada
ayahnya.Jelas!! Mini Jelly itu tidak boleh dirupiahkan. Inilah cinta!!!
Cinta tak dapat dirupiahkan.Cinta tak bisa dihalangi oleh dinding-dinding
penyekat. Sebab cinta tak berdinding.
Ya Allah…seperti inikah rindu orangtua
kepada anaknya???
Baru kali ini aku mampu meraba-raba rasa rindu Ya'qub
'alaihis salaam kepada putranya, Yusuf. Terpisahkan berpuluhan tahun dengan
takdir dan hikmah Nya. Ya'qub yang selalu mengingat-ingat Yusuf walaupun berita
tentangnya seolah hilang tak berbekas.Kisah "terbunuhnya" Yusuf oleh
semenghapus wujud Yusuf di mata ayahnya.
Apa kata anak-anaknya?
قَالُوا تَاللَّهِ تَفْتَأُ
تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّىٰ تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ الْهَالِكِينَ
Mereka berkata:"Demi Allah, senatiasa
engkau (wahai Ayah) mengingat-ingat Yusuf, sehingga engkau mengidap penyakit
yang berat bahkan engkau termasuk orang-orang yang binasa". (QS. 12:85)
Kesedihan
karena terpisahkan dari sang anak, membuat Ya'qub selalu menangis mengingatnya.
Kedua mata Ya'qub akhirnya tak lagi mampu melihat.Buta karena tangisan.Tangisan
yang bersumber dari kerinduan kepada Yusuf, si putra yang menghilang.Seperti
itukah kerinduan dan kesedihan orangtua yang berpisah dengan anaknya???
Namun
Ya'qub mengajarkan kepada kita tentang sebuah warna terang dalam kehidupan…Endapkan
rasa itu!!! Tabah dan penuh keyakinan,Ya'qub menanggapi pernyataan
anak-anaknya,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى
اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku
mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa
yang kamu tiada mengetahuinya". (QS. 12:86)
Ya Allah…hanya kepada
Mu,hamba mengadukan kesusahan dan kesedihanku…hamba Mu yang selalu teringat
akan putrinya…
Aku baru benar-benar mengerti, gejolak rasa semacam apakah
yang memenuhi jiwa Ibunda Musa 'alahis salam. Seorang Ibu yang mesti
terpisahkan dengan seorang putra sejak masih dalam buaian dan susuan.Seorang
Ibu yang harus melihat kenyataan "pahit", ketika sang bayi terapung
di atas aliran sungai. Hanya berteman keranjang, tiada yang lainnya. Jiwa
Ibunda Musa kosong…hampa…sunyi…
Hingga akhirnya dengan kuasa dan rahasia dari
Allah,Musa kembali di pangkuan dan susuan Ibundanya…Dengan kekuatan dan
pertolongan Allah,Ibunda Musa mampu mengendapkan rasa.Padahal,hampir saja ia
bercerita kepada orang-orang tentang "rahasia" putranya yang
dihanyutkan.
Sungguh indahnya Allah berfirman di dalam kitab Nya yang suci ;
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ
بَدَّلُواْ نِعْمَةَ اللّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّواْ قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ
Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya
senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji
Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS.
28:13)
Ya Allah…kembalikanlah hamba kepada putri hamba,supaya senang
hati hamba dan tidak berduka cita dan supaya hamba bertambah yakin bahwa janji
Mu kepada mereka yang menempuh Thalabul Ilmi itu adalah benar…
Seperti
inikah rasa sayang orangtua kepada anaknya???
Hari ini aku semakin memahami
seperti bagaimanakah perasaan seorang Ibrahim 'alaihis salaam. Beliau yang
sekian lama menanti si buah hati. Sekalinya sang buah hati hadir,perintah Allah
mesti beliau jalani.Ibrahim harus "tega" berpisah dari
putranya, ditinggalkan di sebuah lembah sepi,tanpa teman tiada orang. Tanpa
makanan juga minuman. Apalagi dihadapkan dengan perintah," Wahai putraku,
semalam aku bermimpi menyembelih dirimu…Apa pendapatmu?".
Kembali
kita diajarkan tentang sebuah warna cemerlang dalam kehidupan dunia…Endapkan
rasa itu!!! Dengan lantang teguh,Ismail menjawab," Wahai ayahnda,
kerjakanlah saja perintah dari Allah itu!!!". Cermin dari ajaran dan
pendidikan orangtua yang selalu melangkah dengan prinsip " Jika sudah
perintah Nya, tidak mungkin Allah sia-siakan!"
Oh…Inikah cinta? Inikah
sayang? Inikah rindu?=Tiga empat bulan yang lalu, aku sempat berkomunikasi
dengan keluarga di Solo. Belum beberapa menit, telpon dengan fasilitas Skype
harus terhenti. Sebab, putriku menangis sambil berteriak," Abah nggak
boleh kurus…Abah nggak boleh kuruus…Abah nggak boleh kuruuus!!!".
Tak
terasa,air mataku meleleh jernih. Beberapa tetes jatuh bertitik-titik.Dingin
dan tawar rasanya air mataku siang itu. Mungkin di benak putriku, Abahnya yang
semakin berkurang berat badannya sedang menderita, sedang susah. Barangkali
gemuk, bagi putriku adalah tanda Abahnya selalu senang.
Sebulan yang lalu,air
mataku kembali bereaksi.Betapa tidak? Dengan lancar dan penuh ceria,putriku
memperagakan cara duduk yang benar ketika belajar di kelas…Putriku pun
memperagakan tata cara berwudhu untuk shalat. Padahal saat itu, belum genap
sebulan ia duduk belajar di TK. Ia memperagakannya dengan penuh ceria dan
tertawa. Padahal Abahnya, di titik ribuan kilometer darinya, mendengarkan suaranya
dari balik Skype dengan hati terkoyak-koyak. Sedih namun sedih yang indah.
Bahagia.
Semoga Allah memberkahimu,Nak…Semoga Allah selalu menjagamu dan
menjadikanmu seorang wanita yang shalehah. Semoga Engkau bisa mencontoh kedua
kakak perempuanmu yang selalu membahagiakan orangtuanya,Nak…
Thalabul Ilmi yang
sedang Abah jalani hari-hari ini,di baliknya adapula sebersit harapan yang
tersisip.Mudah-mudahan Thalabul Ilmi ini menjadi ikhlas karena Nya,sehingga
dapat terwujud sebagai sebab engkau menjadi putri yang shalehah.
Dahulu kala,
seorang ulama Salaf memperbanyak dan mempersering shalat sunnahnya. Sang putra
yang masih kecil lantas menanyakan hal itu.Sambil membelai rambutnya,sang ayah
menjawab,"Ayah lakukan semua ini untuk kebaikanmu, Nak".
Subhaanallah!=Apapun
akan Abah lakukan sebagai usaha agar engkau baik…agar engkau bahagia di dunia
maupun akhirat. Abah tidak gila harta juga tidak gila pangkat.Apalah artiharta
dan pangkat jika anak-anaknya terbengkalai. Abah tidak ingin membahagiakan
orang lain, sementara engkau sebagai putriku justru tidak merasa bahagia.
Engkau lebih membutuhkan perhatian dari Abah, lebih memerlukan kasih sayang dan
cinta daripada orang lain.
Namun, ijinkanlah dan maafkanlah Abah yang harus
pergi jauh darimu. Insya Allah, perpisahan ini hanyalah sementara waktu saja.
Kenang-kenanglah selalu bahwa ayahmu pergi jauh untuk Thalabul Ilmi.
"Kiriman
sikat gigi dan pasta giginya untuk Abah udah dititipin ke menantunya Pak
Ghifari. Insya Allah sehari lagi berangkat dari Jakarta",kata istriku dari
Solo. Tiba-tiba dari arah belakang,suara putriku dengan nada Jawa Solo seperti
tak ingin kalah bersaing,"Abah harus Jazakallaahu khairan
noo…".Istriku lalu menjelaskan," Iya Bah, Dik Izzah juga kirim Mini
Jelly buat Abah…"
Di sini…entah perasaan apa yang sedang bergejolak di
dalam hati…Sambil sesekali melirik lima buah Mini Jelly kiriman Izzah Zainatus
Shofaa…Abah ucapkan sambil berbisik," Jazakillahu khairan, Dik
Izzah…Kiriman Mini Jelly nya sudah Abah terima". Aku yakin, ikatan cinta
antara seorang ayah dan putrinya pasti tersambung. Sebab cinta tak berdinding.
Lagi-lagi
harus….mengendapkan rasa…
_abu nasiim mukhtar "iben" rifai_la_firlaz_di sebuah titik koordinat rindu_
18_Syawwal 1434 H_25 August_2013_republic
of yemen_
Source : http://ibnutaimiyah.org.org/blog/post/2013/08/13/34/sebab-cinta-tak-berdinding
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Untaian Nasehat Untukmu. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar