
بسم الله الرّمن الرّحيم
Sepasang suami istri sepakat
untuk menjalani proses perceraian. Sang suami berkata, “Rumah untuk kamu,
karena kamu yatim tidak punya bapak dan ibu. Sedangkan saudara-saudaramu sudah
menikah, sehingga akan sulit untuk hidup bersama mereka. Rumah untuk kamu dan
aku akan hidup bersama saudaraku.
Sang istri menjawab, “Tidak, rumah untuk
kamu. Kamu sangat capai untuk membangunnya. Aku akan berusaha untuk melakukan
aktifitas bersama istri saudaraku dan hidup bersamanya”.
Suami menjawab, “
kalau begitu ambil perabotannya.”
Istri berkata, “Tidak, kamu lebih
membutuhkannya daripada diriku. Rumah saudaraku sudah lengkap.”
Suaminya
menjawab, “Kalau demikian terimalah uang ini”.
Si istri menolak, “Aku punya
pekerjaan yang masuk akal. Aku tidak butuh kepada harta. Kamu lebih
membutuhkannya”.
Ketika sang istri menyiapkan tasnya untuk meninggalkan
rumah, tiba-tiba suami mengaduh dengan penuh sesalnya; dan bertanya kepadanya,
“kalau demikian kenapa harus cerai?! Karena tidak ada kecocokan?! Karena aku
tidak bisa memahamimu dan kamu tidak bisa memahamiku?! Perkataan macam apa
ini?!!
Apakah tidak cukup bagi suami istri, bahwa masing-masing sangat
perhatian terhadap kamaslahatan yang lainnya?!
Apakah harus dengan kecintaan
yang sangat dan kecocokan yang sempurna?!
Apakah dengan terjadinya beberapa
perselisihan di antara kita berarti kegagalan bagi hubunngan kita?!
Bagaimana
dikatakan gagal, padahal masing-masing kita senang untuk memuliakan pasangan
hidupnya dan lebih mengutamakannya daripada dirinya sendiri?!
Bukankah timbal
balik dalam memuliakan itu lebih penting daripada cinta yang bergelora?!”
Sang
istri tidak berkata sepatah pun…Dan tidak terjadi perceraian…Keduanya masih
menjadi sepasang suami istri hingga sekarang…
Kisah yang mengesankan ini
menjelaskan sejauh mana permenungan, kelembutan dan tidak tergesa-gesa bisa
menjadi sebab langgengnya ikatan perkawinan antara suami istri yang
masing-masing berpikir bahwa pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya jauh dari
pasangannya. Tatkala salah satunya membuka hati untuk pasangannya, ternyata
jarakny dekat sekali.
Bertanyalah pada diri kita; apakah kita telah
menggunakan cara ini sebagai metode dalam rumah tangga kita?! Banyak merenung
ketika terjadi masalah, membuka hati untuk bisa menguasainya dan bersikap
lapang dada untuk mengobatinya.
Kalau kita laksanakan masalah ini, niscaya
akan hancur banyak masalah dan akan datang setelahnya kemesraan dan
kebahagiaan.
Sumber: dikutip dari buku “HARMONIS Idaman Setiap Keluarga &
Tips Meredam Perselisihan”, Penulis Asy-Syaikh Salim Al-’Ajmi, DR. Shalih bin
Abdullah bin Humaid, Penerjemah Abu Nizar Arif Mufid. MF., Abu Muqbil Akhmad
Yuswaji, Penerjemah: Pustaka Salafiyah
Source : http://ummuammar88.wordpress.com/2009/02/19/kalau-demikian-kenapa-harus-cerai/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Untaian Nasehat Untukmu. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar