
بسم الله الرحمن الرحيم
Ahlan
wa sahlan wa marhaban, Sahabat.
Surat darimu langsung menerbangkan
diriku menembus garis-garis indah di hamparan langit biru…
Seolah-olah
diriku sedang duduk bercerita sambil bergurau manis di teras depan Masjid
Jagalan bersama kaum sahabat tercinta.
Hawa kota Solo terasa
hangat hingga kemari, di titik diriku sedang duduk menyusun kata. Semakin
lengkap lagi jika membayangkan suasana Avanza Mas Fajar atau Panther Mas Iwan
yang setia menemani, menunggu lampu hijau menyala di tiap traffic light kota
Solo.
Mengenang hari-hari indah seringkali lebih indah
dibandingkan hari-hari itu sendiri, Sahabat.
Kerinduan yang
engkau dan aku rasakan sebenarnya berwujud dalam sebuah cermin. Kerinduan yang
engkau rasakan adalah gambaran dari kerinduanku jua.
Apabila
tiap guguran daun, tiap tetesan embun, dan tiap hempasan debu menjadi saksi
kerinduan kaum sahabat kepadaku, maka…
ada hembusan kerinduan di tiap kali aku menghirup udara…, ada getaran
rindu di setiap langkah kakiku menjejakkan bumi …, dan ada aliran rindu di
setiap degupan jantungku.
Sudah banyak malam yang aku lalui
sembari mengenang hari-hari di Solo The Spirit Of Ngaji. Gelapnya malam
bukanlah penghalang bagiku untuk mengaktifkan layar lebar di atap-atap kamarku,
lalu menampilkan momen-momen indah bersama kaum sahabat melalui Proyektor
Rindu. Dengan kekuatan cinta yang bersemayam indah di dalam hatiku, proyektor
itu memutar kilas balik hari-hari indah di Solo.
Jika engkau
bertanya, ”Masih adakah tempat di hatimu untuk kami singgah di dalamnya..??
Sebagaimana masih adanya tempat untuk selembar tisu di padatnya isi koper
seorang musafir..???”
Resapilah jawaban dariku, Sahabat.
“Ada
sebuah ruang khusus di dalam hatiku yang telah aku bangun selama ini untuk
kalian semua, Kaum Sahabat. Nama-nama kalian terukir indah di dinding-dinding
ruangan tersebut. Cahaya ukhuwwah selalu aku jaga agar tetap bercahaya
menerangi ruang tersebut sehingga nama-nama kalian tetap terpandang indah.
Setiap cahaya yang terpancar dan mengenai nama-nama kalian, pasti memantulkan
cahaya warna-warni di ruang khusus tersebut. Jadilah ruangan tersebut menjadi
impian setiap orang”
Sahabat adalah sumber kekuatan yang tak
terbendung. Lihatlah setiap jenderal perang di dalam lintasan sejarah anak
manusia, adakah keberhasilan mereka tanpa pengorbanan seorang sahabat? Lihatlah
setiap pemimpin-pemimpin besar di atas muka bumi ini, apakah mungkin mereka
mampu merengkuh kesuksesan tanpa seorang sahabat? Di balik setiap kesuksesan
pasti ada peran kaum Sahabat.
Bahkan para nabi dan rasul pun
memiliki sahabat-sahabat setia dalam berjuang!
“Apakah kalian
ingin membunuh seseorang, hanya karena ia mengatakan Allah adalah sesembahanku?”
Abu Bakar mengucapkan kata-kata menusuk itu kepada kaum kafir Quraisy sambil
membersihkan kotoran-kotoran dari pakaian nabi Muhammad yang dilemparkan oleh
mereka.
Abu Bakar juga mengatakan ketika kaum Quraisy
menemuinya untuk melaporkan bahwa Muhammad telah menempuh Isra’ dan Mi’raj,
”Kalau memang Muhammad yang mengatakannya, pasti benar! Bahkan jika Muhammad
menyampaikan sesuatu yang jauh tidak masuk akal lagi dari hal ini, aku tetap
membenarkannya !”.
Masya Allah! Inilah di tegarnya bahu
seorang sahabat.
Masih ingatkah engkau, Sahabat! Masih ingatkah
engkau dengan pernyataan kaum Anshar saat nabi Muhammad meminta pendapat para
sahabat dalam keberangkatan menuju medan Badar?
“Wahai
Rasulullah, seandainya engkau perintahkan kami untuk mengarungi lautan, kami
akan melaksanakannya. Kami akan selalu berada di sampingmu. Jiwa raga kami
masih terlalu murah untuk membela dirimu, wahai Utusan Allah!”
Dan
Rasulullah pun tersenyum.
Ah.., begitu manisnya momen-momen
mengesankan dari Nabi Muhammad bersama para sahabatnya. Cinta di antara mereka
begitu kuat mengikat. Cinta di antara mereka benar-benar suci dan murni karena
mengharap ridha Allah. Cinta di antara mereka adalah cinta yang tak terbatas
waktu…… Luar biasa!
Mungkinkah kita memiliki cinta semacam
itu? Kenapa tidak?
Bukanlah sesuatu yang sulit bagi Allah untuk
mengabulkan doa-doa kita ;
“Ya Allah satukanlah kami di
atas cinta suci seorang hamba yang beriman. Hilangkanlah dari hati kami setiap
noda-noda yang bisa mengotori lembar demi lembar persahabatan kami. Rahmatilah
dan ridhailah setiap usaha kami untuk melanggengkan persahabatan. Ya Allah
jadikanlah persahabatan kami sebagai persahabatan yang kekal, di dunia dan di
akhirat nanti”
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ
دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُونَ
Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa
apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran. (QS. 2:186)
Demi Allah.., Dia benar-benar
dekat dengan kita, Sahabat. Dia mampu mengabulkan doa-doa kita.
_abu
nasim mukhtar “iben” rifai_helga la firlaz
_18 Mei 2013_di sudut
ruang kecil
_sembari mendengarkan suara merdu haani ar rifa’I
versi tahun 1992_
(surat balasan Ustadzuna Mukhtar kepada
salah seorang ikhwah di Solo, telah diedit tanpa mengubah makna surat)
Source
: http://www.ibnutaimiyah.org/2014/01/di-tegarnya-bahu-sahabat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Untaian Nasehat Untukmu. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar